HEADLINEKatinganSlider

Dua Kecamatan Berstatus Blank Spot

TOWER - Terbatasnya jaringan listrik di Kabupaten Katingan berpengaruh terhadap pembangunan tower BTS untuk memenuhi akses komunikasi masyarakat.

KASONGAN,GK- Hampir 70 persen dari 161 desa/kelurahan yang tersebar di 13 kecamatan se Kabupaten Katingan belum terjamah sinyal selular. Artinya, cukup banyak kawasan di Katingan yang masih berstatus blank spot.

Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Persandian, dan Statistik Katingan, Harun menuturkan, masih banyak wilayahnya yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi nirkabel alias blank spot.

“Sebenarnya hal ini sudah menjadi prioritas kami sejak dulu. Apalagi dengan hadirnya visi Katingan Terbuka, yakni terbukanya akses informasi dan komunikasi masyarakat,” ungkapnya, Jumat (29/12).

Menurutnya, di Katingan masih ada dua wilayah yang seutuhnya berstatus blank spot, yaitu Kecamatan Bukit Raya dan Petak Malai. Sedangkan 11 ibu kota kecamatan lainnya, sudah terkoneksi meskipun tidak mencakupi seluruh desa/kelurahan yang ada.

“Berdasarkan hasil survei, secara umum area blank spot di Katingan masih banyak, atau hanya 30 persen saja yang sudah terkoneksi,” jelasnya.

Kendati begitu, pembangunan fasilitas jaringan selular di daerahnya tidak semudah yang dibayangkan. Kendala utama, yaitu letak geografis dan belum meratanya sumber daya listrik.

“Sebenarnya pihak operator sudah mengambil ancang-ancang untuk membuka keterisolasian komunikasi di daerah kita. Tapi malah terkendala sumber daya listrik, terutama di bagian Utara dan Selatan Katingan,” bebernya.

Sebab, ujarnya, tower Base Transceiver Station atau BTS membutuhkan aliran listrik yang stabil agar mampu beroperasi. Sejauh ini, sumber tenaga listrik tersebut hanya mampu dipenuhi oleh PT PLN saja.

“Pihak operator Telkomsel sudah siap mendirikan tower-towernya di daerah kita, asalkan ada listrik PLN. Kalau pakai mesin generator set, mereka tidak sanggup karena biaya pemeliharaannya sangarlt besar,” tukasnya.

Perusahaan telekomunikasi berplat merah itu, sebenarnya sudah memikirkan alternatif lain, yakni menggunakan tenaga hybrid atau memadukan sumber listrik dari tenaga surya dan mesin diesel guna memenuhi kebutuhan listrik tower BTS.

“Telkomsel sudah uji coba di Desa Rangan Tangko Kecamatan Marikit, namun ternyata biaya perawatannya juga sangat tinggi. Sebab baterai tempat menyimpan listrik hasil konversi tenaga surya sering rusak,” sebutnya.

Padahal jika alternatif itu sukses, pihak operator berjanji bakal mendirikan tower BTS serupa di wilayah pelosok lain, terutama di kawasan blank spot.

“Estimasi pembangunan tower BTS itu mencapai Rp 1,3 sampai Rp 1,5 miliar, dengan rata-rata ketinggian mencapai 30 hingga 70 meter. Satu tower BTS mampu menjangkau areal 25 kilometer, dengan catatan letak geografisnya landai tidak terhalang gunung atau perbukitan,” ungkapnya.

Sedangkan di Kecamatan Pulau Malan, hanya wilayah desa di bagian hilir dan hulu saja yang terjangkau sinyal. Kemudian wilayah Kecamatan Bukit Raya dan Petak Malai, sepenuhnya blank spot. Pun demikian halnya dengan Desa Dahian Tunggal, Tumbang Lahang, Tumbang Tanjung, Tura, Tumbang Habangoi, dan Tumbang Baraoi.

“Di daerah Selatan, kawasan blank spot mulai Tumbang Bulan, Tampelas, Telaga, dan Asem Kumbang,” pungkasnya. (BS)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!