HEADLINEKalimantan Tengah

Terkait Malpraktik Kematian Bayi, RSUD Doris Sylvanus  Buka Suara

kondisi bayi saat dirujuk awalnya secara umum sehat, tetapi adanya kelainan bawaan dalam tubuh yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Perubahan dalam diagnosa disebut dapat terjadi karena kondisi dalam tubuh bayi dapat berubah-ubah setiap detik, menit dan jam. 

FOTO : Wakil Direktur dr. Devi Novianti Santoso dan Jajaran Keperawatan RSUD Doris Sylvanus saat menjelaskan terkait dugaan malpraktik. (sumber Angel)

GERAKKALTENG.com – PALANGKA RAYA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya buka suara terkait dugaan malpraktik terhadap pasien bayi yang meninggal usai jalani operasi.

Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD dr. Doris Sylvanus, dr. Devi Novianti Santoso, SH., MH., Sp.KF, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan sesuai standar pelayanan medis sejak pasien datang. Terdapat perbedaan diagnosa sebelum dan sesudah pasien datang dan pihak rumah sakit.

“Untuk penjelasan dari pihak rumah sakit menyatakan bahwa perbedaan diagnosa antara masuk dan keluar RSUD dr. Doris Sylvanus dapat dijelaskan karena pemeriksaan awal belum lengkap dan belum melibatkan penunjang laboratorium, setelah pasien tinggal di rumah sakit dari tanggal 11 hingga 25 Januari, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari penyebab kesehatan bayi secara menyeluruh,” bebernya, Jumat (2/2/2024).

Devi menjelaskan bahwa kondisi bayi saat dirujuk awalnya secara umum sehat, tetapi adanya kelainan bawaan dalam tubuh yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Perubahan dalam diagnosa disebut dapat terjadi karena kondisi dalam tubuh bayi dapat berubah-ubah setiap detik, menit dan jam.

Usai penanganan awal, terungkap adanya penyakit bawaan yang bersifat berkesinambungan. Sehingga pihak dokter memutuskan untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut, termasuk tindakan operasi, dengan mendapatkan persetujuan dari orang tua pasien.

“Sebelum operasi dilakukan, risiko medis pada bayi yang masih kecil telah disampaikan kepada orang tua. Dicurigai adanya masalah dalam usus, yang kemudian terbukti benar sehingga memerlukan tindakan operasi. Dicurigai adanya masalah dalam usus, yang kemudian terbukti benar sehingga memerlukan tindakan operasi. Proses penanganan ini dilakukan sesuai dengan standar operasional penanganan medis. Proses penanganan ini dilakukan sesuai dengan standar operasional penanganan medis. Meskipun demikian, muncul pemberitaan terkait dugaan ‘malpraktik,” kata dia lagi.

Setelah kejadian tersebut, pihak rumah sakit melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk ruangan tempat bayi dirawat dan dokter penanggung jawab pelayanan. Hasil koordinasi menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh RSUD Doris Sylvanus sudah sesuai dengan prosedur pelayanan medis.

“RSUD Doris Sylvanus telah merespons pemberitaan yang beredar dengan melakukan koordinasi untuk memahami kronologisnya. Hasilnya menunjukkan bahwa proses tersebut sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO). Kemungkinan adanya miss komunikasi antara pihak dokter yang menangani dan orang tua pasien. Saran kami, pihak keluarga lebih baik bertemu dengan pihak RS untuk menyatukan presepsi yang berbeda ini,” ucap Devi.

“Kami sangat menyayangkan bahwa pihak keluarga tidak melaporkan atau menyampaikan langsung ke kami terlebih dahulu. Pihak rumah sakit memiliki manajemen dengan patokan standar operasionalnya, sehingga dapat meminta klarifikasi dari dokternya. Pihak rumah sakit memiliki manajemen dengan patokan standar operasionalnya, sehingga dapat meminta klarifikasi dari dokternya.Disarankan agar keluarga menghubungi manajemen rumah sakit terlebih dahulu, mengingat ‘mungkin’ terjadi miss komunikasi yang menyebabkan perbedaan presepsi. Jika keluarga masih tidak puas, rumah sakit siap bertanggung jawab dan membahas lebih lanjut,” ujarnya.

Dugaan ‘Malpraktik’, RSUD Doris Sylvanus Buka Suara

Dirinya sangat menyayangkan bahwa pemberitaan tersebut tersebar, dan pihak keluarga pasien langsung menyampaikannya ke media. Menurutnya, RS memiliki bagian manajemen yang secara pasti melakukan investigasi atau merinci kejadian, terlepas dari benar atau salahnya suatu tindakan.

“Sangat kami sayangkan pihak keluarga tidak terlebih dahulu melapor atau menyampaikan langsung ke kami. Pihak kami sendiri memiliki manajemen ada patokannya apakah sesuai dengan standar operasionalnya, sehingga kami bisa minta klarifikasi dari dokternya. Jadi sebaiknya pihak keluarga ke manajemen rumah sakit dahulu. karena ‘mungkin’ terjadi miss komunikasi yang mengakibatkan perbedaan presepsi. , Dari dokternya sendiri sudah kami panggil juga dan memang sudah sesuai dengan standart medis. Tetapi jika pihak keluarga tidak puas, kami bisa pertanggungjawabkan hal tersebut,” ujarnya.

Saya juga menambahkan terkait adanya pelayanan yang dianggap ‘janggal’ seperti slang oksigen lepas, monitor jantung mati, dan perban yang terlepas, dijelaskan bahwa masalah ini dapat terjadi karena perubahan posisi atau faktor lain. Komunikasi yang efektif antara keluarga dan petugas medis di RS sangat penting untuk mengatasi situasi yang mungkin timbul selama perawatan.

“Untuk penjelasan lebih lanjut menyebutkan bahwa slang oksigen dan sejenisnya bisa lepas saat pemindahan bayi, terutama saat disusui, dan hal tersebut bisa terjadi secara spontan. Karena seperti yang diketahui, pihak RSUD Doris Sylvanus telah melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat medis untuk meminimalkan kemungkinan kerusakan. Hal ini apabila keluarga menemukan situasi di mana alat tersebut lepas atau tidak berfungsi, disarankan untuk segera melaporkan kepada petugas agar dapat diperbaiki dengan cepat dan memastikan kelancaran perawatan pasien,” pungkas Devi. (Ngel/sog)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!