Kalteng BerkahPalangka Raya
Mahasiswa FISIP UPR Bertekat Hilangkan Budaya Pungutan Dikampus
PALANGKA RAYA,GERAKKALTENG.COM -Mahasiswa pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Palangka Raya (UPR), berkomitmen untuk menolak segala macam pungutan maupun biaya tambahan, yang selama ini dinilai menjadi tradisi yang selalu dipertahankan dalam lingkungan kampus. Terutama pada saat masa orientasi mahasiswa baru.
Paulus Alfons Y. D yang merupakan ketua pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB) FISIP UPR, mengatakan, tradisi kekerasan dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru tidak hanya berbentuk fisik, namun dapat juga berbentuk kekerasan intelektual. Kekerasan Intelektual yang dimaksud adalah berupa pungutan atau biaya yang dibebankan pada mahasiswa baru.
Selama ini kata dia, tidak sedikit beban biaya yang yang harus ditanggung mahasiswa baru untuk mengikuti kegiatan masa orientasi. Dimana bila dihitung bisa berkisar di atas satu juta rupiah. Komponen biaya-biaya ini beragam, mulai dari seragam, atribut, hadiah, teka-teki, buku panduan, CD video kegiatan, sertifikat dan lain-lain.
Kondisi ini akan merambat pada terjadinya kasus jual-beli sertifikat hasil kegiatan orientasi, dimana sertifikat itu dijadikan salah satu syarat kelulusan.
“Ya, akibatnya mahasiswa lebih memilih tidak mengikuti kegiatan orientasi, dan berpikir hanya membeli sertifikat yang harganya berkisar antara lima ratus ribu sampai satu juta rupiah,”jelas Paulus, saat dibincangi disela-sela kegiatan PKKMB FISIP UPR, Rabu (15/8’2018).
Praktik semacam ini lanjutnya harus dihentikan, tidak hanya pada kegiatan orientasi menerima mahasiswa baru, tapi juga pada semua kegiatan di kampus. Termasuk kebijakan yang dikeluarkan pihak fakultas yang selama ini kerap memberatkan mahasiswa.
“Maka itu pada PKKMB FISIP UPR tahun 2018 ini kami bertekat untuk memulai dengan semangat untuk merubah tradisi lama, dan perubahan ini harus menjadi tradisi berkelanjutan,”ujar Paulus yang juga merupakan tenaga pengajar pada FISIP UPR tersebut.VD