HEADLINEPalangka Raya
Terlambat Antisipasi Karhutla, Bisa Kebakaran Jenggot
RENCANA AKSI : Pihak Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya bersama dengan pihak USAID menggelar sosialisasi rencana aksi daerah kebakaran hutan dan lahan dari adaptasi perubahan iklim, Rabu (17/1), di Aula Peteng Karuhei (PK) II Kantor wali Kota Palangka Raya.
PALANGKA RAYA,GK-Terhitung 3 sampai 4 bulan kedepan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut masih masuk pada musim penghujan. Namun pada bulan Juni diprediksi sebagian wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau 2018. Karenanya, perlu adanya antisipasi dini terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), saat awal musim kemarau, mulai dari upaya teknis hingga nonteknis.
“Kita tidak ingin terjadi lagi karhutla seperti di tahun 2015 yang lalu. Setidaknya perlu antisipasi dini. Itu terlihat keberhasilannya ditahun 2016 dan ditahun 2017,”ungkap Wakil Wali Kota Palangka Raya, Mofit Saptono Subagio, usai membuka sosialisasi rencana aksi daerah kebakaran hutan dan lahan dari adaptasi perubahan iklim, Rabu (17/1), di Aula Peteng Karuhei (PK) II Kantor Wali Kota Palangka Raya.
Menurut Mofit, saat ini tentu terbersit dalam pikiran, kapan harus melakukan antisipasi karhutla di Kota Palangka Raya, sedangkan saat ini kita masih beradaptasi dengan musim atau iklim penghujan. Namun demikan, tentu jawabannyanya kata dia, sudah barang tentu sejak dini dilakukan
“Saya pikir pencegahan harus dilakukan sejak dini atau lebih awal. Jangan berpikiran saat ini masih musim penghujan. Lalu aksi pencegahan ditunda dulu, jadi bukan begitu. Kita hatus tetap mengacu prediksi dari BMKG yang selama ini akurasi serta ketepatan dalam memperediksi iklim sangat tepat,”ujarnya.
Bagi Mofit, upaya antisipasi secara teknis hingga nonteknis harus dilakukan, sebab bila lengah dengan catatan BMKG, dimana tingkat kerawanan masa anomali positif sudah termonitor titik panas karhutla mendekati adaptasi perubahan iklim, maka bisa saja tidak mampu dicegah.
“Nah, jangan sampai karena antisipasinya terlambat, akhirnya kita diistilahkan ‘kebakaran jenggot. Jadi intinya jangan menganggap remeh atau lalai dengan pikiran ini kan masih musim penghujan atau basah. Bukan begitu,”tandasnya
Mofit mencontohkan antisipasi yang belum optimal dilakukan pada tahun 2015. Dimana karena memandang frekuensi curah hujan yang terjadi, membuat antisipasi tidak dilakukan.
“Ya, Saya pikir ketika karhutla ditahun 2015 itu juga berkat pertolongan hujan. Sehingga frekuensi karhutla menjadi berkurang. Tapi dari pengalaman itu kita bisa lihat bahwa antisipasi dinbi tidak dilakukan,”bebernya lagi.
Ditambahkan Mofit, kenapa perlunya antisipasi dini, setidaknya bertujuan agar semua pemangku kepentingan, baik itu Satgas Karhutla, BPBD, Dankar maupun pihak terkait lainnya, ada memiliki kesamaan dalam hal persiapan antisipasi.
“Tentu dalam antisipasi dini kita bicara teknis maupun non teknis. Sebut saja kesiapan peralatan, sumor bor hingga personil dan lain sebagainya, apakah semuanya berfungsi atau tidak. Termasuk bagaimana menyatukan koordinasi hingga memiliki pola atau skema,”cetus Mofit.
Dalam bagian lain, kata Mofit dirinya tidak menepis, bila untuk melakukan kesiapan lebih awal dalam penanggulangan bencana daerah, tentu tidak lepas dari bicara soal anggaran.
“Ini penting, bagaimana anggaran dialokasikan untuk kebutuhan personil dilapangan, lalu untuk sarana dan prasarana serta lain sebagainya. Tentu juga ini kita harapkan ada perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun pihak lainnya,”pungkasnya.
Adapun kegiatan sosialisasi rencana aksi daerah kebakaran hutan dan lahan dari adaptasi perubahan iklim tersebut dihadiri Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Supriyanto, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palangka Raya, Anwar Sanusi Umar Gayo, perwakilan dari Kodim, Kepolisian, personil Damkar dan instansi teknis lainnya.
Sosialisasi juga menghadirkan pihak United States Agency For International Development (USAID), yakni salah satu lembaga dunia yang selama ini gentol dalam membantu serta mendanai rehabilitasi proyek gambut serta karhutla di Provinsi Kaliumantan Tengah.(sog)