DPRD Kotawaringin Timur

Dukung Wacana Pembangunan Instana Raja Bungsu

“Di samping itu banyak tokoh  masyarakat, sudah menyampaikan hal yang sama kepada kita. Mereka membicarakan rencana  kegiatan ritual, sekaligus haul Raja Bungsu serta rencana pembangunan istana tersebut. Ini patut kita dukung,” ungkap Rudianur.

GERAKKALTENG.com – SAMPIT – Wacana Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), untuk membangun Istana Raja Bungsu, di Bagendang, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, mendapat dukungan  dari Wakil Ketua I DPRD Kotim, H Rudianur.

“Di samping itu banyak tokoh  masyarakat, sudah menyampaikan hal yang sama kepada kita. Mereka membicarakan rencana  kegiatan ritual, sekaligus haul Raja Bungsu serta rencana pembangunan istana tersebut. Ini patut kita dukung,” ungkap Rudianur.

Disebutkan Politisi Partai Golkar tersebut, rnncananya, kegiatan itu akan dipusatkan di Kecamatan  Bagendang, karena di sana ada  situs-situs yang masih tersisa.

Menurutnya pada 2017 sudah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan istana yang pada waktu itu direncanakan dibuat sebagai museum.

Dari itu dia mendorong pemerintah daerah segera merealisasikan keberadaan istana Raja Bungsu di Bagendang tesebut. Bahkan dalam waktu dekat ini, tim juga akan berkoordinasi dengan Pemda dalam hal ini Bupati Kotim terkait rencana tersebut.

Menurut sejarah, Raja Bungsu diduga berasal dari koloni masyarakat Dayak Ngaju yang menetap di Bukit Santuai, Kuala Kuayan. Koloni masyarakat ini diduga merupakan induk semang suku Dayak sekitar daerah Kotim,  Seruyan dan Katingan yang selanjutnya berkembang membentuk berbagai sub etnis Dayak, termasuk sub etnis Dayak Sampit atau dikenal dengan sebutan Oloh Sampit.

Suku Dayak Ngaju yang membentuk koloni di Bukit Santuai ini diperkirakan sudah ada sejak  zaman Neolitik dan oleh karena situasi dan kondisi tertentu, koloni  ini berangsur-angsur meninggalkan Bukit Santuai untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Maka salah satu kafilah koloni  tersebut melakukan perjalanan hingga tiba di pedalaman Sei Sampit, yang dikenal sekarang dengan nama Rongkang.

Dari sinilah, kata dia kemudian tampil seorang pemimpin bergelar Demang Bungsu yang menggiring sebagian besar masyarakat Rongkang untuk membentuk koloni baru yang menetap di muara Sei Sampit.

Koloni ini berkembang lebih  maju karena berada di jalur lintas Sungai Mentaya dan karena mereka bersifat terbuka terhadap perkembangan zaman. (Ok/Sog)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!