HEADLINEKatinganSlider

Tergiur Bisnis Liur, Warga Ramai Bangun Sarang Walet

MENGGIURKAN - Warga Desa Hampalit Kecamatan Katingan Hilir ramai-ramai melakoni bisnis liur. Nampak sarang burung walet dibangun menjulang cukup tinggi, Kamis (4/1).

KASONGAN,GK – Warga di Kabupaten Katingan khususnya yang ‘berkantong tebal’ ramai-ramai menginvestasikan modalnya untuk membuat sarang burung walet. Mereka tergiur bisnis liur yang memiliki harga jual cukup tinggi tersebut.

Bukan hanya di sekitar ibu kota kecamatan atau sentral ekonomi saja, bangunan sarang walet juga marak ditemukan hingga ke pelosok desa.

Darmono Setyo (43) warga Kasongan Lama menuturkan, saat ini bisnis sarang burung walet cukup banyak digeluti masyarakat lantaran menjadi salah satu investasi yang sangat menguntungkan.

“Awalnya saya terpengaruh setelah melihat hasil panen teman saya. Bayangkan saja, dalam sebulan dua gedung waletnya bisa menghasilkan uang Rp 100 juta lebih,” ungkapnya, Kamis (4/1).

Dirinya sempat ragu menginvestasikan modalnya untuk membangun sarang walet, lantaran pernah mendapat informasi bahwa burung walet memiliki siklus migrasi selama 15 tahunan. Sedangkan saat ini, ujarnya, usaha sarang burung walet di Kasongan sudah hampir delapan tahun.

“Katanya orang-orang sih seperti itu. Contohnya di Samuda, dulu terkenal sebagai penghasil sarang walet terbesar. Tapi saat ini usaha itu sudah layu, banyak gedung yang dibiarkan kosong begitu saja karena tidak ada lagi waletnya,” imbuh Darmono.

Walet budidaya saat ini, katanua, merupakan para burung yang berasal dari kawasan perbukitan atau pegunungan. Mungkin akibat maraknya aktivitas warga di sekitar bukit yang membalak kayu.

“Tapi saya beranikan diri membangun walaupun dengan modal pas-pasan, karena teman saya itu membangun sarang baru lagi. Artinya usaha ini memang sangat menguntungkan sekali,” bebernya.

Abdul Gofur (45) warga Desa Hampalit menuturkan, dirinya sudah lima tahun terakhir menekuni bisnis sarang burung walet. Menurutnya, investasi tersebut sangat menguntungkan meskipun dengan modal yang tergolong cukup besar.

“Satu sarang dengan material bata ukuran 6 x 12 meter dengan tinggi 15 meter bisa menghabiskan dana Rp 400 jutaan. Kalau desain, suara, suhu, dan kelembapan sesuai, biasanya burung mulai bersarang mulai enam hingga satu tahun,” sebutnya.

Kendati begitu, tingginya harga sarang burung walet saat ini telah memancing niat jahat para pencuri. Apalagi bangunan sarang walet yang berada jauh dari permukiman penduduk.

“Kalau bangunan kayu, biasanya mereka langsung bongkar saat cuaca sedang hujan deras tengah malam. Kalau beton, ada yang nekat memanjat melalui pintu masuk walet dan ada juga yang masuk dengan cara menggali tanah. Dulu sarang walet beserta aki, flashdis, dan ampliyer juga jadi korban,” pungkasnya. (BS)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!