Kalimantan TengahPalangka Raya
5 Subsektor Nilai Tukar Petani September 2018, Mengalami Penurunan 95,51 Persen.
PALANGKA RAYA,GERAKKALTENG.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), menggelar rilis bulanan yang tersadur kedalam Berita Resmi Statistik, yangmana salah satunya merilis tentang perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Kalteng, Senin (01/10) pagi ini.
Kepala BPS Provinsi Kalteng Hanif Yahya, didampingi Kabid Statistik Distribusi Bambang Supriono menyampaikan, jika dibandingkan bulan Agustus 2018, pada bulan September 2018, NTP di Provinsi Kalteng mengalami penurunan sebesar 0,67 poin dari 96,18 persen menjadi 95,51 persen.
Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya nilai tukar subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,82 poin, dan hortikultura sebesar 0,37 poin.
Ia juga menerangkan, NTP tertinggi pada subsektor perikanan, yakni sebesar 109,13 persen, diikuti hortikultura sebesar 105,16 persen, peternakan sebesar 101,84 persen, tanaman pangan 94,55 persen, dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 86,43 persen.
“Dari kelima subsektor, nilai tukar tertinggi berasal dari subsektor perikanan, mengingat sektor perikanan masih menjadi subsektor andalan hingga saat ini. Selama bulan September 2018, terjadi kenaikan nilai tukar sebesar 0,25 poin, akibat dari kenaikan indeks harga yang diterima sebesar 0,45 poin, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar 0,11 poin,” terang Hanif Yahya saat rilis bulanan, yang dilaksanakan di ruang pertemuan media, kantor BPS Provinsi Kalteng.
Lebih lanjut, Ia mengutarakan kenaikan nilai tukar pada subsektor ini dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,09 poin, dan perikanan budidaya sebesar 1,12 poin.
Sementara itu, melemahnya nilai tukar subsektor hortikultura sebesar 0,37 poin selama bulan September 2018, dipengaruhi oleh merosotnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,06 poin, yang lebih tinggi dari penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,55 poin.
Kontribusi menurunnya indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok sayur-sayuran sebesar 3,13 poin, dan buah-buahan sebesar 0,41 poin. Indeks harga kelompok tanaman obat meningkat cukup tinggi, yakni sebesar 1,81 poin.
Untuk subsektor peternakan relatif tinggi, sejak awal bulan September II Tahun 2018. Dibandingkan bulan lalu, nilai tukar subsektor ini meningkat selama bulan September 2018 sebesar 0,04 poin. Namun demikian, kenaikan tersebut lebih disebabkan oleh selisih penurunan antara indeks harga yang diterima sebesar 0,59 poin, dengan indeks harga yang dibayar sebesar 0,63 poin.
Kontribusi penurunan indeks harga terutama berasal dari kelompok unggas sebesar 2,94 poin. Sebaliknya, terjadi kenaikan indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,39 poin, ternak kecil sebesar 0,47 poin, serta hasil 0,86 poin.
Sedangkan, untuk nilai tukar subsektor tanaman pangan, secara konsisten selalu rendah sehingga belum mampu mengimbangi tingginya harga kebutuhan konsumsi dan produksi di level eceran.
“Selama bulan September 2018, kenaikan nilai tukar pada subsektor ini lebih disebabkan oleh selisih penurunan antara indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 poin, dengan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,53 poin. Penurunan indeks harga yang diterima terutama berasal dari 0,56 poin. Indeks harga kelompok palawija mengalami peningkatan 0,51 poin,” ujarnya.
Yang terakhir, tanaman perkebunan rakyat apabila dibandingkan subsektor lainnya, nilai tukar subsektor ini merupakan yang terendah selama bulan September 2018, yakni sebesar 86,43 persen.
“Terjadi penurunan nilai tukar 1,82 poin, sebagai dampak dari lebih tingginya penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,94 poin, dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,68 poin. Kontribusi penurunan indeks harga yang diterima petani, masih dipengaruhi oleh komoditas kelapa sawit dan kelapa,” kata pria berkacamata ini.
Tambah Kepala BPS Provinsi Kalteng, selama bulan September 2018, di wilayah pedesaan terjadi deflasi sebesar 0,52 persen yang dipicu oleh penurunan indeks harga pengeluaran konsumsi rumah tangga kelompok bahan makanan, yakni sebesar 1,21 persen, sandang sebesar 0,14 persen, serta makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,09 persen.
“Sedangkan laju inflasi sebesar 3,34 persen lebih dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok transportasi dan komunikasi, yakni sebesar 6,75 persen, kesehatan sebesar 5,15 persen, serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,03 persen,” ucapnya.
Sementara itu, cukup tingginya tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,90 persen, juga dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 7,60 persen, kesehatan 6,04 persen serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 5,05 persen. (Ys/BK)