EDUKASI & RISTEK
Siswa SMAN 2 Sampit Cipta Alat Inovatif Pertanian
“Karena alat ini bisa membantu petani menentukan tanah yang subur dan tidak. Serta bisa untuk membuat lubang tanah lebih rapi untuk tempat bibit tanaman diletakkan,” katanya, Selasa 31 Mei 2022.
GERAKKALTENG.com – SAMPIT – Kesuburan tanah merupakan hal paling penting dan modal dasar dalam kesuksesan pertanian. Sebaik apapun bibit yang akan ditanam akan tetapi faktor yang satu itu menjadi kunci utama. Sementara kesuburan tanah itu masih menjadi topik perbincangan dan masih dibuat bingung dalam menentukan subur tidaknya tanah ketika di lapangan.
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berhasil berinovasi dengan menciptakan alat pendeteksi kesuburan tanah.
Yosua Revy Setiaji pembuat alat tersebut mengatakan dirinya dan temannya sengaja membuat alat tersebut karena sangat diperlukan para petani terutama di wilayah Kotim.
“Karena alat ini bisa membantu petani menentukan tanah yang subur dan tidak. Serta bisa untuk membuat lubang tanah lebih rapi untuk tempat bibit tanaman diletakkan,” katanya, Selasa 31 Mei 2022.
Lanjutnya, bahannya pun sederhana, yakni dengan kabel fitting lampu, steker, lampu pijar dan lem tembak. Dengan modal sekitar Rp 200 ribu telah bisa membuat alat tersebut. Caranya, setelah alat ditangkap, maka siapkan sampel tanah yang ingin diuji, lalu tancapkan salah satu steker pada sampel tanah, dan steker yang satunya pada stopkontak.
“Lampu akan menyala pada tanah yang subur karena banyak mengandung elektrolit. Sementara tanah tidak subur bisa dibilang tidak memiliki atau lemah elektrolit. Sehingga saat alat ditancapkan lampu tidak akan menyala. Jadi lampu itu sebagai tandanya. Namun ini akan lebih kami kembangkan lagi. Kedepan alat tersebut bisa dibuat seperti portabel menggunakan aki atau baterai,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kotim Irawati sangat mendukung dengan inovasi yang diciptakan oleh para siswa tersebut. Pasalnya untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah tidaklah mudah, tidak bisa hanya diraba dan diterawang. Akan tetapi harus dilakukan uji kesuburan tanah di laboratorium dengan biaya yang tidak murah dan tidak semua petani punya akses untuk melakukan uji kesuburan tanah tersebut.
Dirinya pun berharap alat tersebut dapat lebih dikembangkan dan nantinya dapat dimiliki oleh kelompok tani melakukan pengamatan di tanah sawahnya.
“Semoga karya siswa yang telah dihasilkan itu akan bermanfaat bagi masyarakat dan membantu petani Kotim dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi pertaniannya,” ujarnya. (Rik/Sog)