DPRD Gunung MasGunung Mas
Alihkan Fungsi Hutan,Tinjau Ulang IPK PBS
PANDANGAN : Anggota DPRD Gunung Mas Untung J Bangas, saat menyampaikan pandangan umum fraksinya pada rapat paripurna di gedung dewan setempat.
GERAKKALTENG. com – Kuala Kurun – Dalam tiga tahun terakhir ini hampir seluruh wilayah di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) sering dilanda banjir. Padahal hujan yang turun dengan intensitas sedang. Namun debit air yang berada di Sungai Kahayan, Sungai Miri, Hamputung, Rungan dan Sungai Manuhing cepat meninggi.
Sekretaris Komisi II DPRD Gumas, Untung J Bangas mengatakan, banyaknya kawasan hutan yang ditebang, membuat fungsinya sebagai penyangga arus air menjadi hilang, hingga menyebabkan luapan air sungai. Alhasil, sungai yang meluap mengenangi rumah-rumah warga yang berada di sekitar bantaran sungai.
Maka karena itu, ia meminta pemerintah untuk meninjau ulang izin pemanfaatan kayu (IPK) perusahana besar swasta.
“Banjir yang sering terjadi disebabkan fungsi hutan di daerah hulu yang merupakan penyangga dan penahan serapan air, telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit dan lahan pertambangan. Maka itu pemerintah harus meninjau ulang IPK dari PBS itu,” tukas Untung, Senin (18/4/2022).
Politisi Partai Demokrat ini menyebut, banyak izin perkebunan yang selama ini beroperasi di daerah hulu. Seperti di Kecamatan Kahayan Hulu Utara (Kahut), Damang Batu, dan Miri Manasa.
“Pemerintah, terutama Pemprov Kalteng harus meninjau ulang IPK dari PBS. Jangan sampai daerah kita dikuasai oleh perusahan, sehingga lama kelamaan masyarakat yang mengalami kesengsaraan akibat hutan yang gundul,”tukasnya.
Selain itu, pemerintah daerah harus melakukan penataan ulang kelestarian dan menjaga ekosistem hutan. Khususnya di Bumi Habangkalan Penyang Karuhei Tatau ini, sehingga bencana banjir tidak terjadi seperti yang sudah dialami.
Selama ini tambah Untung, adanya invasi perusahaan yang membuka hutan untuk perkebunan sawit, mengakibatkan area hutan sudah tidak berfungsi dengan selayaknya. Terutama tidak ada lagi hutan yang berperan sebagai penahan serapan air.
“Kurangnya hutan kita maka saat hujan turun air merembes langsung ke dataran yang lebih rendah melalui sungai-sungai besar. Seperti sungai Miri, Pasangon, Hamputung, Kahayan, Manuhing dan Rungan. Karena tidak bisa menampung volume air, akibatnya terjadi banjir,” pungkasnya (sog/sst)